قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ
لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي
عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ،
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا
عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ،
فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى، حَتَّى لَا
تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ
خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :
“Tujuh Golongan yg dinaungi Allah dihari kiamat yg tiada tempat berteduh
selain yg diizinkan Nya swt, Pemimpin yg Adil, dan pemuda yg tumbuh
dengan beribadah pd Tuhannya, dan orang yg mencintai masjid masjid, dan
dua orang yg saling menyayangi karena Allah, bersatu karena Allah dan
berpisah karena Allah, dan orang yg diajak berbuat hina oleh wanita
cantik dan kaya namun ia berkata : Aku Takut pd Allah, dan pria yg
sedekah dg sembunyi2, dan orang yg ketika mengingat Allah dalam
kesendirian berlinang airmatanya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ
قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Suci dan
Luhur, tiada satu pun dari segala yang terjadi dan yang diciptakan oleh
Allah subhanahu wata’ala, kecuali merupakan bimbingan hikmah Ilahi untuk
mencapai keluhuran, baik hal itu berupa musibah atau pun kenikmatan.
Dimana musibah yang terjadi itu menanti sifat sabar dari seorang hamba,
yang mana sabar adalah merupakan penghancur musibah yang terkuat, namun
tentunya diiringi juga dengan usaha, karena Allah subhanahu wata’ala
Maha Mampu untuk tidak member musibah, atau memberi musibah yang lebih
besar dari musibah tersebut. Sayyidina Umar bin Khattab berkata : “Aku
bersyukur dengan adanya musibah padaku, sebab beberapa hal, diantaranya
karena Allah subhanahu wata’ala tidak menimpakan musibah pada imanku,
kedua bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu memberikan musibah yang
lebih besar dari musibah yang telah datang kepadaku, namun Allah
subhanahu wata’ala hanya menurunkan musibah tersebut, dan ketiga dengan
musibah itu Allah subhanahu wata’ala menghapus dosa-dosaku”.
Hal ini sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam bahwa segala musibah kesemua itu adalah penghapusan dosa,
meskipun hanya sekedar kegundahan hati hal itu juga menghapus dosa. Dan
kesabaran dengan adanya musibah yang puncak dari kesabaran itu adalah
bersyukur, justru hal tersebut akan melebur musibah, sehingga musibah
berubah menjadi kemudahan dan kenikmatan. Jika seseorang mempunyai anak
kecil dan Allah member musibah denga sakit maka Allah subhanahu wata’ala
akan memberi kesembuhan baginya, jika ada yang ditimpa kesempitan harta
maka akan Allah limpahkan kemakmuran dan kecukupan harta baginya, dan
jika seseorang mendapatkan masalah apapun maka Allah subhanahu wata’ala
Maha Mampu dan siap menyelesaikan seluruh masalah-masalahnya, dimana
tidak ada satu makhluk pun yang mampu menyelesaikan seluruh masalah.
Masalah apapun yang ada, Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu
menyelesaikannya, bahkan sekecil-kecil permasalahan seekor semut kecil
yang ingin mengangkat kakinya untuk melangkah hingga masalah perputaran
alam semesta yang demikian luasnya. Hingga perasaan semut yang ketakutan
ketika prajurit nabiyullah Sulaiman AS lewat, Allah pun mengetahuinya.
Begitu juga perasaan seorang hamba yang dalam kesendiriannya merasa
risau dan kebingungan, dan ia tidak mengatakan atau mengadukannya kepada
orang lain, namun Allah subhanahu wata’ala melihat dan mendengarnya
serta Maha Mampu dan siap untuk menghilangkan musibah dan kegundahannya.
Namun Sang Maha Pengatur, Sang Maha Pemberi, Sang Maha memudahkan
setiap permasalahan semakin hari semakin ditinggalkan oleh manusia,
dimana ketika datang ajakan luhur namun ditinggalakan padahal mampu
untuk melakukannya, karena Allah subahanahu wata’ala tidak membebani
hamba lebih dari kemampuannya.
Banyak orang yang belum mengerti Al
qur’an namun ia layak membacanya meskipun belum mengerti maknanya, dan
ada juga yang belum bisa membaca Al qur’an maka ia harus mempelajarinya,
jika sibuk bagaimana? jika sangat sibuk bisa dengan mempelajarinya
sekali dalam seminggu atau sekali dalam sebulan, namun dalam hati tidak
ada perasaan menolak Al qur’an Al Karim. Demikian pula syariat Islam
yang lainnya seperti hukum shalat, hukum wudhu’, hukum puasa, hukum
zakat, hukum haji dan lainnya kesemua itu juga perlu dipelajari dimana
kesemua itu dalam waktu ratusan tahun pun kita mempelajarinya hal itu
tidak akan pernah selesai, namun selayaknya waktu luang kita jauh lebih
baik kita isi dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut yang telah diajarkan
oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, agar kita semakin
mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala. Seseorang yang dalam hidupnya
ada niat atau keinginan untuk belajar dan juga mengerjakan pekerjaan
atau aktivitas yang lainnya maka Allah subhanahu wata’ala akan
memudahkan untuknya jalan menuju ke surga, sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً سَهَلَّ اللَّهُ لَهُ طَرِيقاً إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”
Guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafizh berkata dalam salah satu qasidahnya, yang artinya : “Ketika Allah subhanahu wata’ala membuka tabir penghalang manusia untuk melihat Allah, maka itulah saat-saat yang terindah”,
atau melihat sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
yang merupakan makhluk terindah dari seluruh ciptaan Allah subhanahu
wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak lebih dari
sekedar ciptaan Allah subhanahu wata’ala, namun beliau adalah makhluk
terindah dari semua ciptaan Allah.
Ketika seseorang mengingat bahwa ada
sosok manusia yang paling baik dan ramah, paling berlemah lembut dan
berkasih sayang, dimana ketika ada orang datang kepadanya dengan penuh
dosa maka beliau doakan dan dimohonkan pengampunan kepada Allah
subhanahu wata’ala, bahkan musuh-musuh beliau berusaha dilindungi agar
tidak semuanya meninggal agar kelak keturunan mereka bisa selamat dan
mendapatkan hidayah, maka siapa yang tidak merindukan sosok manusia yang
paling berlemah lembut seperti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diriwayatkan ketika sayyidah Aisyah Ra sedang mencari jarum yang
terjatuh di kamarnya di malam hari, dan di saat itu hanya ada pelita
pelita yang cahayanya sangat kecil, setelah beberapa waktu dicari jarum
itu tidak pula ditemukan, maka ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam datang dan masuk ke dalam kamar maka jarum itu pun terlihat
dengan jelas, kemudian sayyidah Aisyah Ra berkata : “Wahai Rasulullah, betapa terangnya wajahmu”,
cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbeda dengan
cahaya lampu yang mana cahaya lampu menyakitkan mata, namun cahaya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyakitkan mata, sehingga
Allah menamakan beliau sebagai “Siraajan Muniira” ( cahaya yang terang benderang).
Ketika seorang sahabat datang kepada salah seorang istri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang terdapat dalam Fathul
Bari sahabat tersebut berkata : “Wahai Ummul mu’minin, gambarkanlah kepadaku bagaimana indahnya wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”.“jika engkau ingin melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lihatlah ke cermin ini”,
maka sahabat tersebut melihat ke cermin itu namun yang telihat
bukanlah wajahnya tapi wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
sahabat tersebut kaget dan heran bagaimana cermin itu bisa
memperlihatkan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Cermin itu dulu pernah digunakan untuk bercermin oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, namun setelah itu cermin tersebut tidak
mau menampakkan wajah lain selain wajah nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, bagaikan rekaman foto yang merekan wajah sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan diriwayatkan oleh sayyidina Ali dalam menggambarkan
keindahan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seakan matahari
dan bulan beredar di wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kemudian istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil cermin
dan berkata :
Saat ini kita berada di dalam bulan yang luhur bulan Muharram, dimana
di bulan ini telah diselamatkan nabi Musa As dari kejaran Fir’aun, di
bulan itu pula lautan terbelah agar Fir’aun tenggelam dan nabi Musa
selamat dari kejarannya. Dan di bulan ini nabi Nuh dan kaumnya yang
beriman diselamatkan dari banjir yang begitu besar, dan di bulan ini
pula Allah subhanahu wata’ala melimpahkan banyak pertolongan kepada
hamba-hamba-Nya, terlebih lagi untuk ummat sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka perbanyaklah doa dan munajat kepada
Allah subhnahu wata’ala. Teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ke sepuluh
bulan Muharram, dan hal ini merupakan puasa sunnah bukan puasa wajib,
yang mana jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak
mendapatkan dosa, namun berbeda dengan hal yang wajib dimana jika
dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan mendapatkan dosa.
Maka disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram, dan
diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa pahala puasa pada tanggal 10
Muharram menghapus dosa setahun yang lalu. Dan diriwayatkan dalam Shahih
Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah
memaksakan diri untuk berpuasa di suatu hari melebihi puasa pada tanggal
10 Muharram, kecuali puasa di bulan Ramadhan yang merupakan hal yang
wajib, namun selain puasa ramadhan, diantara puasa sunnah yang paling
disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah puasa 10
Muharram, dan disunnahkan juga untuk puasa pada tanggal 9 Muharram,
karena ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikabari bahwa
orang Yahudi juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram maka Rasulullah
mengatakan bahwa di tahun yang akan datang beliau akan berpuasa pada
tanggal 9 dan 10 Muharram, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
terlebih dahulu wafat sehingga tidak sempat melakukan puasa pada
tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam :
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ
“ Jika aku masih hidup hingga tahun depan maka aku akan puasa tanggal 9 (Muharram)”
Dan Al Imam As Syafi’i berkata bahwa sunnah muakkadah untuk berpuasa
pada tanggal 9 dan 10 Muharram, akan tetapi tidak apa-apa jika hanya
berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja. Bagi yang tidak mampu untuk
berpuasa, seperti orang yang sudah sangat tua, orang-orang yang sangat
sibuk dan banyak pekerjaan sehingga tidak mampu untuk berpuasa atau
wanita-wanita yang sedang berhalangan (menstruasi) maka doakanlah
orang-orang yang berpuasa agar diberi kekuatan dan puasanya diterima
oleh Allah subhanahu wata’ala, atau dengan menyiapkan buka puasa untuk
orang-orang yang berpuasa, itulah cara yang terbaik untuk orang yang
tidak mampu berpuasa, agar tidak terlewat dari kemuliaan yang datang
dari Allah subhanahu wata’ala.
Sampailah pada hadits mulia, dimana ada tujuh golongan yang akan
dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala di saat tidak ada naungan selain
naungan Allah subhanahu wata’ala, naungan yang dimaksud adalah tempat
berteduh dan berlindung dari panasnya matahari di padanga mahsyar kelak
di hari kiamat, dimana jika matahari itu berpijar dengan panas seperti
saat di padang mahsyar, maka tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi
ini, yang mana matahari itu tidak ada lagi cahayanya namun yang tersisa
hanya panasnya saja yang gelap gulita, bagaikan bola hitam yang sangat
panas dan menakutkan. Ketika itu semua cahaya sirna kecuali cahaya
hamba-hamba yang beriman, yang dipimpin oleh cahaya manusia yang paling
beriman, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Merekalah yang
akan terang benderang dan cahayanya melebihi cahaya bintang-bintang,
Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi yang memberikan cahaya kepada
hamba-hamba-Nya dengan cahaya ketenangan, cahaya kedamaian, cahaya
kebahagiaan, cahaya kemudahan, dan cahaya keluhuran di dunia dan
akhirat. Maha Suci Allah dan Maha Indah, dan betapa suci jiwa-jiwa yang
menyembah Allah dan tidak menyamakan Allah dengan makhluk, sebagaimana
firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
( الشورى : 11 )
“ Tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya, dan Dia (Allah) Maha Mendengar dan Melihat”. ( QS: As Syuuraa)
Allah subhanahu wata’ala maha mendengar, namun pendengaran Allah
tidak membutuhkan telinga, begitu juga Allah melihat namun penglihatan
Allah tidak membutuhkan mata, dan Allah juga berfirman dengan menurunkan
wahyu namun Allah tidak membutuhkan lisan, Allah subhanahu wata’ala
juga berbuat atau melakukan sesuatu namun hal itu tidak membutuhkan
jasad, dimana penglihatan Allah lebih agung dari penglihatan makhluk-Nya
dan seluruh penglihatan makhluk bersumber dari-Nya, tidak satu pun
makhluk melihat kecuali dari anugerah Allah subhanahu wata’ala, tidak
pula satu pun makhluk mendengar kecuali dari anugerah Allah subhanahu
wata’ala, dan makhluk tidak mampu menciptakan penglihatan dan
pendengarannya sendiri, bahkan tidak mampu menciptakan asal muasal
dirinya yang terbuat dari sel yang tidak terlihat mata. Allah subhanahu
wata’ala Yang menciptanya, Allah Yang menghidupkannya di bumi kemudian
dikembalikan ke alam barzakh, dan di alam barzakh akan datang malaikat
setelah seseorang dimasukkan ke dalam kubur dan kemudian ditinggalkan
oleh yang mengantarnya, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa seseorang yang
meninggal dan telah dikuburkan mendengar hentakan kaki orang-orang yang
meninggalkan perkuburannya di saat itu, setelah itu datanglah malaikat
memperlihatkan sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata : “Wahai Fulan, apa yang engkau ketahui tentang orang ini?”, maka jika ia adalah orang yang beriman ia akan menjawab :
هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ
“Dia adalah Muhammad, dia adalah Muhammad”.
Namun jika ia adalah seorang yang munafik dan banyak berbuat dosa, maka ia akan menjawab : “Aku tidak mengenalnya”.
Dan saat-saat seperti itu akan datang kepada kita semua, semoga di
saat jasad kita diturunkan ke liang lahat lalu ditutup dengan tanah, dan
orang-orang yang mengantarkan kita mulai meninggalkan kita sendiri di
perkuburan dan langkah-langkah mereka yang meninggalkan perkuburan
terdengar oleh kita, dan ketika itu diperlihatkan kepada kita sang nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan ditanyakan kepada kita maka
kita akan menjawab :
هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ
“Dia adalah Muhammad, Dia adalah Muhammad”
Kembali pada hadits yang kita baca, bahwa ada 7 golongan yang
dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat, dan
dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa banyak yang akan mendapatkan
naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat, namun cir i-ciri
mereka terdapat dalam hadits ini, maka disebutlah dengan 7 golongan yang
akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat.
Pertama adalah seorang pemimpin yang adil,
karena sangat berat untuk menjadi seorang pemimpin yang adil. Seperti
contoh seorang ketua RT, yang mana dia juga mempunyai keluarga,
mempunyai kesibukan atau pekerjaan yang lainnya, suatu hari sebelum
adzan Subuh dan di saat semua orang masih tidur tiba-tiba rumah digedor
dan ada teriakan : “Pak RT, rumah saya kemalingan”
maka pak RT bangun dan langsung menuju ke rumah warga yang
kemalingan, dan pak RT bingung apa yang harus diperbuat, jika maling
masih di tempat mungkin barang bisa diambil kembali, namun si maling
sudah tidak ada di tempat tersebu, maka pak RT berkata : “baik, akan segera saya urus dan laporkan ke polisi”, belum selesai pembicaraan pak RT dengan warga yang kemalingan, tidak lama kemudian datang warga lain mengadu : “Pak RT rumah saya kebanjiran gara-gara sampah yang menumpuk dibiarkan begitu saja tanpa diurus”, kemudian warga yang kemalingan berkata lagi : “Pak RT siapa satpam yang jaga semalam, padahal saya sudah bayar uang keamanan, bagaimana rumah saya masih bisa kecurian?”, kemudian warga yang kebanjiran berteriak : “Pak RT bagaimana ini, air mampet akhirnya rumah saya kebanjiran”,
maka Pak RT segera menuju rumah warga yang kebanjiran dan mulai
mengangkut barang-barang, tidak lama kemudian ada warga yang datang
berteriak dan mengadu : “Pak RT, rumah saya kebakaran karena
banyak kabel-kabel yang sudah lama dan perlu diganti namun tidak pernah
diperhatikan, pak RT bisanya hanya ambil uang dari PLN saja, apa gunanya
jadi ketua RT!”, padahal ketua RT juga mempunyai
keluarga dan kesibukan dan yang lainnya namunyang disalahkan selalu
ketua RT, itu baru tingkat RT, bagaimana lagi jika ketua RW, Kades,
Lurah atau pemimpin yang di tingkat atasnya lagi. Oleh karena itu sangat
sulit dan dengan susah payah untuk berusaha menjadi pemimpin yang adil
dan sabar, maka seorang pemimpin yang adil seperti itu di hari kiamat
akan dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala, dimana tidak ada tempat
berteduh selain tempat berteduh yang diberi oleh Allah subhanahu
wata’ala. Jadi jika di zaman sekarang kita sering mendengar wakil rakyat
atau pemimpin yang berbuat salah maka hal itu wajar, karena untuk
menjadi pemimpin yang baik di tingkat RT saja sangat sulit, maka
terlebih lagi pemimpin di tingkat yang lebih tinggi. Maka benar yang
telah disabdakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika
ada seorang muslim menjadi pemimpin, kemudian ia berbuat baik pada
rakyatnya dan juga berbuat kesalahan, maka terimalah kebaikannya dan
maafkan kesalahannya”. Jadi tidak perlu
diadilikah?, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui jika
seorang pemimpin dinaikkan kemudian dijatuhkan lagi, maka yang gembira
adalah musuh-musuh Islam, karena pemerintah dan rakyat saling hantam,
para Ulama’ dan orang-orang yang baik dimasukkan ke penjara dimana hal
itu merupakan akibat daripada saling hantam satu sama lain. Maka
strategi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat sempurna
adalah jika ada pemimpin-pemimpin yang tidak baik namun para Ulama’
mengetahui hal itu maka mereka akan semakin mendidik generasi yang baik
yang kelak akan menggantikan kepemimpinan para pemimpin yang tidak baik,
itulah strategi indah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan
Majelis Rasulullah ini juga merupakan strategi dalam membangun generasi
yang baik, generasi yang rukun dan damai, generasi yang suka dzikir dan
shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kedua, adalah seorang pemuda yang tumbuh
dalam ibadah kepada Allah, yaitu banyak beribadah kepada Allah, dimana
sejak kecil sudah mempelajari dzikir, dari kecil anak-anak mereka
didorong untuk hadir di majelis ta’lim atau majelis dzikir, maka
pendidikan seperti ini sejak seseorang masih kecil merupakan hal yang
sangat penting, karena sebagian besar kesuksesan itu muncul dari pemuda
yang mulai meniti untuk mencapai keluhuran sejak usia muda, sejak masih
muda sudah cinta dan suka hadir majelis, namun permasalahannya jika
waktu final bola yang hadir majelis berkurang dan beruntungnya saya saat
itu tidak hadir majelis, tetapi sampai kabar kepada saya bahwa yang
hadir majelis berkurang karena ada final bola. Oleh karena itu kita
selalu berusaha untuk mendidik diri kita agar semakin baik dan
senantiasa merasa asyik dengan hal-hal yang luhur yang mampu untuk kita
lakukan, jangan selalu mencari godaan syaitan untuk melakukan sesuatu
yang tidak mampu kita perbuat, jika seseorang belum mampu untuk shalat
tahajjud maka jangan dipaksakan untuk shalat tahajjud, dan jika shalat
wajib 5 waktu belum dikerjakan dengan baik maka perbaiki dulu shalat
yang 5 waktu tersebut, dan juga jika belum mampu jangan puasa sunnah
dulu, namun perlahan-perlahan akan sampai kepada puncak keluhuran.
Ketiga adalah seeorang yang hatinya
selalu terikat dengan masjid yaitu orang yang mencintai masjid, ada
orang yang selalu duduk di dalam masjid namun hatinya berada di luar
masjid dan ada juga orang yang jasadnya berada di luar masjid akan
tetapi hatinya selalu di masjid dan golongan inilah yang dimaksud dalam
hadits ini. Dalam hatinya ada keinginan untuk selalu dekat dengan
masjid, ingin selalu shalat jamaah di masjid. Ada seseorang sangat cinta
terhadap masjid Al Haram dan masjid An Nabawi maka dipajanglah foto
masjid itu di rumahnya dan dilihatnya setiap hari hingga air matanya
terus mengalir karena ingin memandangnya orang seperti inilah yang
hatinya selalu terikat dengan masjid. Ada kelompok orang yang mengatakan
jika tidak melakukan shalat di masjid maka shalatnya tidak sah, padahal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang teriwayatkan
dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim bahwa rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam banyak juga melakukan tidak di masjid. Dan dalam
madzhab Syafii shalat di masjid merupakan sunnah muakkadah, akan tetapi
shalat di luar masjid pun tetap sah. Dalam hal ini terdapat
permasalahan, datang seseorang bertanya kepada saya : “Bib saya
sumpek dimana masjid dalam keadaan bersih kemudian datang sekelompok
orang dan nginap di masjid, bawa kompor dan lainnya hingga berantakan
dan mengotori masjid, setelah itu pergi tanpa membersihkannya terlebih
dahulu, maka apa yang harus kami lakukan?, dalam
hal ini kita pilih jalan tengah, jangan sampai kita mengusir orang Islam
dari tempat ibadah karena mereka juga saudara kita seiman, namun
berusaha untuk memberi tau orang-orang yang datang dengan tujuan i’tikaf
di masjid untuk membersihkan masjid sebelum mereka pergi, jangankan
masjid yang merupakan tempat ibadah, rumah sendiri saja kita ingin
melihatnya selalu dalam keadaan bersih terlebih lagi masjid yang
merupakan rumah Allah. Ada lagi pertanyaan, mengapa orang-orang Islam
tidak mau mengajak saudara-saudaranya untuk shalat memenuhi masjid?,
ketahuilah ibadah tidak hanya ke masjid saja, namun tidak mengganggu
atau menggunjing orang lain juga termasuk ibadah, bekerja untuk
bersedekah juga ibadah, menikah juga ibadah, mendidik anak pun termasuk
ibadah, jadi bagi saudara-saudara kita yang sudah bergabung dalam jamaah
ini dan selalu mengajak muslim yang lainnya untuk bergabung bersamanya,
maka hal itu adalah hal yang bagus dan telah memiliki keberanian, namun
jangan mencela orang yang tidak memperbuatnya.
Keempat adalah dua orang yang saling
menyayangi karena Allah subhanahu wata’ala dan yang dimaksud bukanlah
pacaran, namun saling mencintai dan menyayangi karena Allah adalah
saling membantu untuk mencapai keluhuran ibadah, misalnya seorang teman
tidak mengaji karena tidak mempunyai Al qur’an maka diberi pinjaman Al
qur’an, atau temannya tidak hadir ke majelis karena tidak mempunyai
kendaraan maka dipinjamin kendaraan karena mungkin kebetulan jika malam
hari kendaraan saudara atau keluarganya tidak di pakai atau bisa juga
berupa pernikahan, maka hal-hal yang seperti itu adalah saling
menyayangi karena Allah dan berkumpul atau berpisah karena Allah, bukan
karena masalah keduniawian. Namun jangan disalah artikan dengan
mengatasnamakan pacaran adalah cinta karena Allah dan berpisah karena
Allah, justru hal demikian adalah pertemuan dan perpisahan karena
syaitan. Diperbolehkan ada hubungan antara lelaki dan wanita yang bukan
mahram dengan syarat tidak melanggar syariat, sebagaimana dahulu di
zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak para sahabat yang
berbicara dan bertanya kepada ummul mu’minin, dan banyak wanita yang
berdagang di pasar namun tetap menjaga norma-norma kesopanan dan tidak
melanggar syariat. Jadi boleh saling kirim sms namun jangan sampai
melewati batas dan mulai masuk pada hal-hal yang buruk, seperti mengajak
untuk bertemu dan lainnya karena hal itu mendekati pada perbuatan zina
yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
( الإسراء : 32 )
“Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al
Isra’ : 32 )
Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dalam kitab Adab Al Mufrad
dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang
yang berzina dengan tetangganya maka dosanya jauh lebih besar daripada
berzina dengan orang lain , mengapa? karena telah berkhianat kepada
temannya sendiri.
Yang kelima adalah seorang
lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita (atau sebaliknya) yang
cantik dan kaya raya, namun lelaki itu menjawab : “Sungguh aku takut kepada Allah”,
bukan karena takut di tangkap polisi atau dituntut ke
pengadilan. Sebagaimana yang juga terjadi pada seorang wanita cantik dan
mempunyai harta ia mendatangi seorang lelaki yang ahli ibadah dan
mengatakan bahwa ia ingin berjima’ dengannya, maka lelaki itu menutup
matanya, kemudian wanita itu mengatakan bahwa ia telah menggunakan
penutup dan meminta lelaki itu untuk membuka matanya, namun ketika
lelaki itu membuka matanya ia melihat wanita itu telah membuka seluruh
pakaiannya, kemudian lelaki itu memalingkan wajahnya, maka Allah
subhanahu wata’ala menjadikan wajah wanita itu gelap hingga ia wafat.
Dan terdapat dalam riwayat yang shahih ketika seorang wanita shalihah
akan berangkat ke sebuah tempat yang jauh bersama kafilah, maka seorang
lelaki mengikutinya karena dia menyukai wanita itu, beberapa lama
kemudian semua orang mulai tidur, namun wanita itu masih duduk dan belum
tidur, kemudian lelaki itu mendekat kepadanya dan mengajaknya untuk
berbuat keji karena semua orang telah tidur, maka wanita itu berkata : “apakah engkau yakin semua orang sudah tidur dan tidak ada yang akan melihat kita?”, maka lelaki itu pun kembali meyakinkan bahwa semua orang telah tidur,dan berkata kepada wanita itu : “betul semua orang telah tidur”, maka wanita itu berkata : “apakah Allah tidur dan tidak melihat kita?”, mendengar ucapan wanita itu maka lelaki itu tertunduk malu dan berkata : “iya betul Allah melihat kita”, wanita itu berkata lagi : “jika
Allah melihat kita apakah engkau tidak malu kepada Allah, hingga engkau
mengikutiku dari tempat yang jauh untuk berbuat hal itu kepadaku, dan
jika engkau meninggal saat ini apa yang akan engkau jawab dihadapan
Allah”, maka lelaki itu menutup mukanya karena
malu dan kemudian pergi, setahun kemudian terdengar kabar bahwa telah
wafat seorang wali Allah dan puluhan ribu orang yang mengantar
jenazahnya ke pemakaman, dan setelah ditanya siapakah wali Allah yang
telah wafat tersebut, ternyata dia adalah lelaki yang telah bertaubat di
tangan wanita itu yang kemudian Allah mengangkat derajatnya hingga ia
menjadi wali Allah subhanahu wata’ala.
Yang keenam
adalah seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, dan
ada satu cara untuk hal ini dimana tangan kanan memberi namun tangan
kiri tidak mengetahuinya, yaitu jika tangan kanan mengeluarkan uang
untuk sedekah namun seakan-akan bukan untuk sedekah, caranya adalah jika
melihat orang miskin yang berdagang setelah ditanya harga barang yang
dijual misalnya ia adalah penjual kacang, kemudian ia menjawab : “sebungkus 1000”,“maaf pak tidak ada kembaliannya”, lalu si pembeli berkata : “ya sudah ambil saja kembaliannya”,
maka penjual pun tidak mengetahui kalau itu adalah sedekah. Atau
jika melihat orang yang susah sedang berdagang dan ketika ditanya harga
dagangannya, si pedagang menyebutkan harga, padahal jika ditawar
harganya dibawah itu, namun pembeli tidak lagi menawar karena berniat
untuk sedekah kepada penjual tersebut, hal itu pun merupakan sedekah
secara sembunyi-sembunyi, hingga yang diberi sedekah pun tidak
mengetahui kalau dia menerima sedekah, hal yang seperti itu pahalanya
sangat besar. Dalam riwayat Shahih Muslim terdapat 2 pendapat yang
mengatakan bahwa pahala yang sangat besar akan didapatkan bagi orang
yang bersedakah dengan cara sembunyi-sembunyi, dan juga orang yang
bersedakah secara terang-terangan dengan tujuan agar orang lain
mengikutinya karena banyak orang yang kaya raya namun tidak ada yang mau
mengeluarkan hartanya untuk sedekah, dan ketika seseorang bersedekah
dengan terang-terangan, misalnya : “saya sedekah 1000 dolar”,
maka orang kaya yang lainnya pun tidak mau kalah dan akan
mengeluarkan uang untuk sedekah, maka dengan cara ini orang kaya yang
enggan bersedekah akan terdorong untuk bersedekah. Dan jika ada orang
yang ingin bersedekah secara sembunyi namun ketika melihat keadaan
dimana orang-orang tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah, kemudian ia
bersedekah secara terang-terangan maka ia pun termasuk dalam golongan
yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari
kiamat. Demikian indah firman Allah dan hadits nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam jika kita mau menelaahnya.
Yang ketujuh
adalah seseorang yang mengingat Allah dalam kesendirian lalu
mengalir air matanya, maka kita berdoa dan berdzikir kepada Allah
subhanahu wata’ala semoga Allah mengangkat derajat kita, demi kemuliaan
malam 10 Muharram ini semoga Allah menyelamatkan kehidupan kita di dunia
dan akhirah, menyelesaikan segala permasalahan kita di dunia dan
akhirat, dan mengabulkan segala hajat kita Ya Rahman Ya Rahim…
namun dibayar 5000 dan tidak minta uang kembalian, maka hal itu
adalah termasuk sedekah secara sembunyi, mungkin ketika si pembeli
menyerahkan uang 5000 si penjual akan berkata :
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar