عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ : إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ
الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ
جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ
وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ
لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
(صحيح البخاري)
“Dari Ibn Abbbas Ra berkata, Nabi SAW melewati dua kuburan
dan bersabda: “Sungguh keduanya tersiksa, dan bukan tersiksa sebab dosa
yang sangat besar, namun salah satunya tidak menutup aurat (membuka
auratnya dihadapan orang lain) saat buang air kecil, dan yang satunya
sering mengadu domba orang lain, lalu beliau SAW mengambil sehelai daun
yang masih segar, dan membelahnya menjadi dua, dan menaruhnya
masing-masing helai di masing masing kubur tersebut, maka orang orang
bertanya: Wahai Rasulullah, untuk apa engkau perbuat itu?, maka beliau
SAW bersabda: semoga diringankan untuk keduanya sebelum potongan daun
ini mengering” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ
قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha Memiliki segenap kemuliaan dan keluhuran dan Melimpahkan
kepada hamba-hambaNya. Segenap alam semesta di langit dan bumi
diciptakan dari ketiadaan, alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat,
dan segenap alam yang telah dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala baik
yang kita ketahui atau pun yang tidak kita ketahui. Dan dari awal
penciptaan makhluk sejak itu pula tercantum bahwa semulia-mulia makhluk
adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Allah
subhanahu wata’ala telah menjadikan sang nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam sebagai gerbang kasih sayang bagi segenap anugerah dan rahmat
Allah subhanahu wata’ala, yang mana dengan kebangkitan sang nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam hal itu menjadikan rahmat Allah berlimpah
dan terbuka untuk kita semua, dan segenap anugerah Allah yang berupa
kenikmatan di dunia dan di akhirat adalah bagian dari rahmat Allah
subhanahu wata’ala, dan rahmat Allah subhanahu wata’ala itu telah sampai
kepada kita, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
dari 14 abad yang silam. Yang mana cahaya risalah kenabian berlanjut
dari periode ke periode, dari generasi ke generasi, hingga telah lewat
14 abad yang silam akan tetapi sampai saat ini kita masih berada dalam
cahaya risalah yang terang benderang, cahaya sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketahuilah bahwa kenikmatan dan segala kebahagiaan yang dicipta oleh
Allah subhanahu wata’ala terbagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan di
dunia dan kenikmatan di akhirat. Dan sungguh beruntung mereka yang
menjadikan kenikmatan di dunia sebagai pembuka kenikmatan di akhirat
kelak, sebaliknya merugilah mereka yang menjadikan kenikmatan dunia
sebagai alat untuk melewati kehidupan yang membuat mereka jauh atau
bahkan melupakan Allah subhanahu wata’ala karena terlarut hanya dalam
kenikmatan dunia, sehingga mereka menghadapi kehidupan dunia yang fana
dengan penuh kenikmatan, dan kehidupan akhirat yang kekal akan dihadapi
dalam kehinaan, wal’iyadzubillah (semoga Allah melindungi dan menjauhkan
kita dari hal tersebut).
Senantiasalah ingat akan firman Allah subhanahu wata’ala:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
( آل عمران : 185 )
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang
siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan”. ( QS. Ali Imran : 185 )
Kehidupan dunia hanyalah kehidupan fana yang penuh dengan permainan,
sandiwara dan tipuan-tipuan belak. Maka dalam kehidupan fana yang penuh
dengan permainan dan tipuan ini, Allah subhanahu wata’ala menerbitkan
matahari penerang kehidupan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, yang mana telah Allah sebutkan dalam Al qur’an sebagai “ Penyeru kepada Allah dan pelita yang terang benderang”, sebagaimana firmanNya :
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
( الأحزاب : 46 )
“Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”. ( QS. Al Ahzab : 46 )
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penyeru manusia ke jalan
Allah subhanahu wata’ala dan sebagai pelita yang terang benderang, yang
menerangi kehidupan kita dan menyejukkan sanubari kita serta mempermudah
segala kesulitan dalam kehidupan kita. Allah subhanahu wata’ala
berfirman :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
( الطلاق : 2 )
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” ( QS. At Thalaq: 2 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
( الطلاق : 4 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” ( QS. At Thaalaq : 4 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
( الطلاق : 5 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala
baginya.” ( QS. At Thaalaq : 5 )
Dan bagaimana cara kita bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala,
panutan kita dalam hal ini adalah pimpinan kita sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membawa kita kepada keluhuran dan
kemudahan, membawa kita kepada ketenangan, membawa kita kepada kesejukan
dan kesejahteraan di dunia dan akhirat, maka panutlah beliau dalam
menghadapi kehidupan kita di dunia ini.
Sampailah kita pada hadits luhur, dimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam suatu waktu melewati dua kuburan, kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa kedua penghuni kuburan
tersebut sedang disiksa di dalam kuburan mereka, hal ini menunjukkan
bahwa beliau mengetahui dan mendengar siksa kubur. Dan beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka tidaklah disiksa sebab
perbuatn dosa besar, kemudian beliau mengambil selembar daun yang masih
basah lalu membelahnya menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian
diletakkan di atas kedua kuburan tersebut. Para sahabat yang melihat hal
tesebut lantas bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengapa beliau melakukan hal itu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Semoga Allah meringankan siksaan kedua orang ini sebelum daun itu mengering”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa mereka disiksa
bukan karena perbuatan dosa yang sangat besar, karena juga dijelaskan
dalam riwayat yang lainnya di dalam Shahihul Bukhari bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah perbuatan dosa yang sangat besar, lantas beliau terdiam dan kemudian berkata : “akan tetapi termasuk dosa besar”,
maka untuk mempermudah pemahaman dari hadits tersebut adalah bahwa
perbuatan itu bukanlah termasuk dosa yang sangat besar seperti syirik,
membunuh, berzina dan yang lainnya, namun hal tersebut termasuk dosa
besar di sisi Allah subhanahu wata’ala, dan perbuatan tersebut sering
dan banyak diremehkan oleh orang. Perbuatan dosa yang dilakukan kedua
penghuni kubur itu, yang pertama adalah tidak menutupi aurat ketika
membuang air kecil, yaitu membuang air kecil di hadapan orang lain.
Mungkin anak kecil yang belum baligh masih banyak yang membuang air
kecil dihadapan orang, namun seorang anak yang sudah baligh seharusnya
tidak memperbuat hal tersebut, maka selayaknya bagi setiap orang tua
untuk mengajari anak-anaknya agar tidak membuang air kecil sembarangan
hingga terlihat auratnya oleh orang lain, dan aurat tidak boleh terlihat
bukan hanya ketika membuang air kecil saja namun dalam segala keadaan.
Kemudian dosa yang kedua adalah banyak mengadu domba orang lain
(namiimah), menukil ucapan Hujjatul Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna “Namiimah”
adalah menyampaikan ucapan orang kepada yang lainnya kemudian
memunculkan kebencian antara satu dengan yang lainnya, sehingga mereka
saling bermusuhan akibat perbuatan tersebut. Maka tentunya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melihat bahwa kedua orang penghuni kubur
tersebut adalah ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang
ditimpa kesulitan di dalam kubur mereka, dan beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak rela hal itu terjadi atas ummatnya, akan tetapi meskipun
mereka telah berbuat dosa namun masih tetap diberi syafaat oleh beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan meletakkan daun di atas kedua
kubur tersebut agar diringankan siksa kubur mereka sebelum daun itu
mengering. Maka hadits ini menjadi dalil bahwa syafaat nabi Muhammad
shallalahu ‘alaihi wasallam tidak hanya ada ketika di hari kiamat saja,
namun syafaat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bisa terjadi di
alam barzakh (kubur) bahkan di alam dunia, karena beliau sangat peduli
terhadap ummatnya dan tidak rela jika kesulitan menimpa mereka, dimana
segala sesuatu yang membuat ummatnya sulit atau dalam masalah, maka hal
tersebut juga membuat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sulit.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin.” ( QS. At Taubah : 128 )
Jika diantara kita tertimpa kesulitan atau musibah, maka hal itu juga
akan memberatkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga
beliau sangat menjaga ummatnya dengan tuntunan-tuntunan mulia beliau
agar terjauhkan dari segala kesulitan baik di dunia atau di akhirat,
begitu juga dengan doa-doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
ummatnya dari zaman beliau hingga di akhir zaman, serta dengan syafaat
kubra kelak di hari kiamat. Inilah indahnya nabi kita, yang paling
peduli kepada kita, di saat semua kekasih kita melupakan kita,
orang-orang yang mencintai kita akan meninggalkan dan melupakan kita
jika mereka bukanlah termasuk orang-orang yang shalih, namun nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan pernah melupakan
ummatnya selama mereka masih mengakui kalimat syahadat :
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهَ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
“ Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah”
Meskipun barangkali diantara mereka masih ada yang akan melewati
kehidupan yang sulit kelak di akhirat, namun kesulitan itu tidak akan
abadi karena semua kesulitan ummat ini akan berakhir dengan syafaat nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita berharap agar semua
kesulitan kita di dunia dan di akhirat termudahkan dengan syafaat nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Di majelis yang mulia ini,
majelis kecintaan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
karena majelis ini tidak kita buka dan tidak kita tegakkan kecuali untuk
menuntun ummat menuju cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dan
kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh sebab itu
majelis ini diberi nama dengan “Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam”
, serta untuk menuntun ummat menuju kebahagiaan dan keluhuran dengan
bersatu dalam satu barisan bersama para salafusshalih, para muqarrabin,
para awliyaa’ dan para syuhadaa’ dan shalihin dan bersama pemimpin
seluruh orang-orang yang mulia, pemimpin semua manusia sejak zaman nabi
Adam As, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana seluruh
alam semesta mengenal dan mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
kecuali para pendosa dari kalangan manusia dan jin yang tidak mengenal
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dijelaskan dalam
riwayat Shahihul Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda seraya menunjuk kepada gunung Uhud :
إِنَّ أُحُدًا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ
“ Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang mencintai kami, dan kami pun mencintainya”
Gunung Uhud hanyalah tumpukan batu namun ternyata juga mencintai
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan cintanya dijawab
oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi cinta kita
kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya melebihi
cinta gunung Uhud itu, dan kepedulian kita terhadap beliau dan dakwah
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan berganti dengan cinta beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita, serta limpahan anugerah dari
Allah subhanahu wata’ala berupa kemuliaan-kemuliaan yang Allah berikan
untuk kita dalam kehidupan dunia yang dari sana akan muncul kemuliaan
dalam kehidupan akhirat kelak, insyaallah.
Dan layak kita fahami bahwa dalam kehidupan ini, kita telah
mendapatkan anugerah besar yang berupa kalam Allah subhanahu wata’ala,
yaitu Al qur’anul Karim yang merupakan surat kasih sayang Allah yang
menuntun kita untuk mencintai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala yang
dibawa oleh sang pembawa Al qur’an sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, dimana Al quran itu berisi kalimat-kalimat suci dari
Allah subhanahu wata’ala yang layaknya menerangi hari-hari dalam
kehidupan kita, layaknya menerangi bibir kita, layaknya menerangi
rumah-rumah kita, dan selayaknya menerangi jiwa-jiwa kita. Namun saat
ini lihatlah bagaimana keadaan rumah-rumah kita, barangkali di sebagian
rumah telah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tidak terdengar suara
lantunan kalimat-kalimat Allah dibacakan, tidak ada orang yang membaca
Al qur’an di dalamnya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
إِنَّ اَلْبَيْتَ الَّذِيْ يُقْرَأُ فِيْهِ اْلقَرْآنُ يَتَرَاءَى لِأَهْلِ
السَّمَاءِ كَمَا تَتَرَاءَى النُّجُوْمُ لِأَهْلِ اْلأَرْضِ
“ Sesungguhnya rumah yang didalamnya dibacakan Al quran maka
akan terlihat oleh penduduk langit (malaikat) sebagaimana terlihatnya
bintang-bintang oleh penduduk bumi”
Rumah-rumah yang didalamnya dibacakan Al qur’an tampak terang
benderang oleh penduduk langit, maka bagaimanakah keadaan rumah-rumah
kita, apakah terlihat gelap seperti gelapnya malam, ataukah terlihat
berpijar seperti bintang dan terlihat indah dari langit oleh para
malaikat Allah. Maka terangilah rumah-rumah kita dengan Al qur’an,
terangilah bibir-bibir kita dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu
wata’ala.
Alhamdulillah di majelis ini kita telah membuka Halaqaturrasul yang
ditujukan untuk mereka yang ingin membaca Al qur’an secara berkelompok,
dimana membaca Al qur’an sendiri pun hal itu adalah baik, namun jika
membacanya secara berkelompok bersama dengan orang lain maka kemuliaan
yang didapati pun akan bertambah banyak, dimana setiap orang akan
menjadi pengajar, pelajar, pendengar dan pembaca Al qur’an. Seseorang
akan menjadi sebagai pelajar, karena ketika ia membaca Al qur’an dan
dalam bacaannya terdapat kesalahan maka orang lain akan membenarkan
bacaannya, maka dari pembetulan itu ia telah belajar. Dan ia disebut
sebagai pengajar ketika ia membetulkan bacaan orang lain yang salah atau
kurang tepat, serta disebut pula sebagai pendengar ketika seseorang
mendengarkan orang lain membaca sehingga pendengarannya mendapatkan
cahaya dari bacaan itu, dan disebut sebagai pembaca ketika seseorang
mendapatkan bagian untuk membaca sehingga bercahayalah bibirnya dengan
bacaan tersebut, dan hal itu merupakan hal yang sangat agung di sisi
Allah subhanahu wata’ala, demikianlah tujuan dari dibentuknya
Halaqaturrasul ini sebagaimana yang diinstruksikan oleh guru mulia kita
untuk dimakmurkan di Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa sebaik-baik
manusia yang berjalan di atas bumi adalah para pengajar Al qur’an,
dimana jika ia mengatakan kepada seorang anak kecil untuk mengucapkan
بسم الله الرحمن الرحيم kemudian anak itu mengucapkannya, maka Allah
akan menentukan untuk anak itu, dan orang yang mengajarnya serta untuk
kedua orang tua anak itu pembebasan dari api neraka. Maka terlebih lagi
jika yang diajarkan adalah Al qur’an hingga khatam, seperti pembacaan Al
qur’an secara berkelompok yang didalamnya tercakup pembelajaran dan
pengajaran Al qur’an.
Barangkali hari-hari kita terlewatkan dan pendengaran dan pengucapan
kita ada pada hal-hal yang tidak diridhai Allah, bagaimana keadaan bibir
kita, telinga kita, pengucapan kita dan pendengaran kita akan hal-hal
yang diridahi Allah subhanahu wata’ala. Seberapa banyak kita mendengar
atau membaca kalimat-kalimat Allah yang begitu indah, dan seberapa
banyak kita mengucapkan dan mendengarkan kalimat-kalimat selain Al
qur’an, seberapa peduli kita akan kalimat-kalimat Allah dan seberapa
peduli kita terhadap selain Al qur’an. Mungkin banyak dari sebagian
rumah-rumah kita yang jauh dari cahaya Al qur’an Al Karim, namun
sebagian dari kita telah menata waktu dalam setiap harinya, misalnya
ketika berada di rumah pada jam sekian akan acara ini dan itu di Tv maka
aku harus mendengarkannya dan yang lainnya, kesemuanya ditata dengan
tertib agar tidak terlewatkan padahal hal-hal tersebut hanyalah kefanaan
yang sia-sia dan tiada akan menuntun kepada keluhuran namun barangkali
menuntun kepada kehinaan. Akan tetapi adakah seseorang yang peduli untuk
mengatur waktunya pada jam tertentu untuk membaca Al qur’an?,
sebagaimana waktu sebelum masuk waktu subuh sangat dianjurkan untuk
membaca Al qur’an, begitu pula sebelum terbitnya matahari dan setelah
terbenamnya matahari, bahkan di waktu kapanpun dan dimana pun
disunnahkan untuk membaca Al qur’anul Karim, kecuali di tempat-tempat
yang hina seperti kamar mandi dan lainnya. Maka terangilah waktu-waktu
kita dengan cahaya Al qur’an, yang mana Al quran adalah kalam Allah
subhanahu wata’ala yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan ingatlah bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai lambang cinta
Allah subhanahu wata’ala, lambang kasih sayang Allah subhanahu wata’ala
terhadap hamba-hambaNya, dan dengan kasih sayang itu Allah memberikan
kenikmatan di dunia kepada semua manusia yang beriman atau pun yang
tidak beriman, dan terdapat pula kasih sayang dan kelembutan yang hanya
diberikan kepada manusia yang beriman kelak di akhirat. Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa
ketika Allah subhanahu wata’ala telah selesai membangun ‘arsy dan
seluruh alam semesta, kemudian Allah menuliskan di atas ‘arasy :
إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
“ Sesungguhnya rahmatKu (kasih sayang) mengalahkan kemurkaanKu”
Oleh sebab itu layaklah jika para shalihin dan para wali Allah dan
orang-orang yang beriman sangat mencintai dan rindu kepada Allah
subhanahu wata’ala lebih dari kecintaan mereka kepada selain Allah
subhanahu wata’ala. Syaikh Ibrahim Al Khawwas Ar dalam kitab Ihyaa’
Ulumuddin sambil memegang dadanya dan mengalir air matanya beliau
berkata :
وَاشَوْقَاهْ لِمَنْ يَرَانِيْ وَلاَ أَرَاهُ
“ Sungguh rindunya aku pada Yang melihatku (Allah) dan aku tidak melihatNya”
Dan kerinduan orang-orang shalih seperti mereka ditumpahkan dalam munajat yang sangat agung dan sering kita dengar, yaitu :
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا النَّظَرَ إِلَى وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ
“ Ya Allah limpahkanlah rizeki kepada kami untuk memandang dzatMu yang mulia”
Ketika kita telah mencintai Allah subhanahu wata’ala, maka kita
haruslah menyayangi hamba-hamba yang telah diciptaNya, diantara meraka
adalah keluarga, kerabat kita, tetangga dan teman-teman kita, dan yang
lainnya. Orang yang menyayangi segenap ummat Islam dengan menginginkan
untuk tidak datang musibah atas mereka, maka ia adalah pemilik jiwa yang
sama dengan jiwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, satu
pemikiran dan satu niat dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang
mana beliau senantiasa berdoa untuk ummatnya agar terjauhkan dari
segala musibah.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjauhkan musibah dari kita dan
semua ummat ini, serta mengabulkan segala hajat kita dan semua hajat
ummat ini, Ya Rahman Ya Rahiim permudahlah segala kesulitan dan bukalah
segala pintu keluhuran, angkatlah segala penghalang kami untuk mencapai
kemuliaan, keluhuran, dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Wahai Yang Maha
Memiliki dunia dan akhirat dan kebahagiaannya limpahkanlah kepada kami
kebahagiaan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari api neraka…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar