YA ALLAH, TUMBUHKANLAH DALAM DIRI DAN HATI KAMI INI, RASA CINTA KEPADA-MU SERTA PARA NABI DAN RASUL-MU......

Rabu, 07 September 2011

‘Perjalanan Wisata Hati’ (bagian 2)

Sepenggal hikmah yang saya ambil dalam ‘Perjalanan Wisata Hati’ yang menyenangkan, penuh ketegangan, semangat yang membara serta mengharukan …
Disini lagi-lagi saya tidak menceritakan bagaimana alur ceritanya secara lengkap melainkan khusus Mengenai intisari sikap Raudhatus Syekh Hasyim Asy’ari pada masa-masa perjuangan beliau dalam Dakwah Islamiyah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang Rahmatan Lil ‘alamiin di Tanah Air………
 
Bagian 2 (Perjuangan Pendirian Jam’iyah Nahdlatul Ulama dan Perjuangan Bangsa Indonesia)

 -          Bagi KH. Hasyim Asy’ari, mendirikan organisasi Islam berarti tidak hanya harus bisa menjaga amanah dari umat yang berada di dalamnya, tetapi lebih dari itu adalah harus bertanggungjawab kepada Allah SWT.
 
-          KH. Hasyim Asy’ari adalah orang yang ikhlas, beliau tidak menginginkan posisi atau jabatan penting di dalam suatu organisasi, jika kelak hanya akan mengganggu dan mengotori keikhlasannya dalam mengabdi kepada Allah SWT.

-          KH. HAsyim Asy’ari adealah seorang yang tawadu'....... Ada segolongan manusia yang menyebut tokoh yang paling dikaguminya itu dengan sebutan “Maha”. Tidak mustahil jika pada suatu saat nanti, ada segolongan umat Islam yang memberikan sebutan Mahakiai kepada seorang Ulama yang di anggap paling hebat. KH. Hasyim Asy’ari tidak menginginkan bila suatu ketika nanti, karena alasan keadaan, kepentingan atau untuk meyakinkan bahwa golongan merekalah yang paling benar jika diandingkan golongan yang lain, ada sekelompok orang yang sedang khilaf dan terlalu berlebihan menyebut beliau dengan sebutan mahakiai.

-          KH. Hasyim Asy’ari selalu menyeru kepada pentinganya Ukhuwah Islamiyah, ajakan menyatukan umat Islam, meninggalkan fanatisme buta dan perselisihan antara kaum muslim. Beliau sering berkata, “Bagaimana bisa kaum muslim berpecahbelah, sedangkan Tuhannya 1 (Allah SWT), kitabnya 1 (Al-Qur’an), Nabinya 1 (Muhammad saw), kiblatnya 1 (ka’bah). Tidak ada sesuatu yang pantas dijadikan alasan mereka berpecahbelah, apalagi sampai mengkafirkan satu sama lain. Perpecahan hanya akan merugikan umat Islam dan menguntngkan musuh-musuh Islam…….”

-          KH. Hasyim Asy’ari merupakan seorang Ulama yang menjadikan ilmu sebagai jembatan untuk mencerdaskan umat. Beliau juga menjadikan ilmu sebagai sarana untuk mngetur tata kehidupan masyarakat sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya.

-          KH. Hasyim Asy’ari mengungkapkan bahwa Islam tidak pernah menentukan bentuk pemerintahan secara baku. Rasulullah saw pun hingga akhir hayatnya tidak pernah meninggalkan pesan apapun mengenai cara memilik kepala Negara. Karena itu, pemilihan kepala Negara dan banyak hal mengenai keNegaraan tidak di tentukan, dan umat Islampun tidak terikat untuk mengikuti satu system tertentu. Yang penting adalah system politik tersebut memiliki 3 tujuan : member persamaan bagi setiap muslim, melayani kepentingan masyarakat, dan mewujudkan keadilan yang merata.

-          Sedikit alur yang dapat di ambil hikmah :

-          Bahwa maksud baik apapun akan selalu menghadapi tantangan sebagai ujiannya. Misal : Pada masa pendirian organisasi Muhammadiyah & Nahdlatu Ulama, adanya fitnah-fitnah dari pihakyang tidak bertanggungjawab dan ingin memecah belah keutuhan umat Islam. Muhammadiyah (golongan Islam Moderen) dianggap meniru orang-orang kafir Belanda karena mendirikan sekolah-sekolah, rumahsakit dan hal-hal lain seperti yang dilakukan Bangsa Belanda. Nahdlatul Ulama (golongan Islam Tradisional) di tuduh mendapat dukungan dari Belanda untuk melawan golongan pembaharuan Islam (yakni, muhamadiyah). Adanya fitnah-fitnah adu domba yang keji itu, selain  membuat “bayi” NU terluka, juga mengakibatkan Muhammadiyah “yang sudah terlebih dahulu besar” tersakiti. Bagi KH. Hasyim Asy’ari, baik itu Nahdlatu Ulama maupun Muhammadiyah, sama-sama penting bagi umat Islam di Negeri in, bahkan dunia. Ibarat keluarga Nahdlatul Ulama seperti anak kandung sendiri dan Muhamadiyah bagaikan saudara kandung...

-          Pada usia 72 tahun, KH. Hasyim Asy’ari menderita sakit demam yang berat. Ketika mendengar adzan dari masjid, beliau mengangkat kepalanya untuk bangkit bermaksud melaksanakan shalat berjama’ah. Salah seorang putra beliau mencoba mencegah. KH. Hasyim Asy’ari menolak saran puteranya untuk shalat di rumah saja, beliau tetap pada pendiriannya, beliau berkata “Ketahuilah, anakku… bahwasanya api Neraka Allah itu jauh lebih panas daripada demamku ini..”. Karena panas tubuhnya sangat tinggi, sampai-sampai beliau seperti menangis. “apa yang sakit, ayah?” Tanya puteranya khawatr. “jika aku menangis, aku menangis bukan karena penyakitku, bukan pula karena takut mati, atau berat berpisah dengan anak isteri atau keluarga.. tetapi karena aku merasa belum mempunyai amal shalih sedikitpun. Itulah yang membuatku menangis” kata KH. HAsyim Asy’ari pelan dan mengharukan.

Dan masih banyak lagi kisah-kisah teladan beliau sepanjang hidupnya yang intisarinya tidak sanggup terangkum dalam catatan yang terbatas ini. Semoga dapat di ambil hikmahnya ………^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar