Rasulullah saw. berada dalam kondisi serba ketakutan
yang tidak pernah dialaminya sebelumnya. Beliau baru saja bertemu muka
dengan Malaikat Jibril untuk pertama kalinya untuk menyampaikan wahyu
pertama baginya. Dengan ini, dimulailah episode kenabian dalam hidup
Muhammad saw.
“Kalau sekiranya Kami menurunkan
al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk
terpecah-belah disebabkan takutkepada Allah.” (Qs. al-Hasyr : 21)
Sedemikian
berat ujian yang ditempuhnya sehingga membuatnya gemetar bukan
kepalang. Dari seluruh gunung bebatuan cadas, mengapa hal seberat ini
ditimpakan pada seorang manusia? Dalam keadaan gemetar, pucat pasi dan
ketakutan, Rasulullah saw. tidak lari kepada sahabatnya, Abu Bakar ra
atau pamannya yang selalu melindunginya, yaitu Abu Thalib. Sebagaimana
manusia lainnya yang sedang dirundung ketakutan, beliau pun lari ke
rumahnya sendiri. Sesampainya di rumah, Khadijah ra pun menyelimuti
dan mendekapnya erat. Dari sekian banyak manusia perkasa yang dikenal
oleh Rasulullah saw, Khadijah ra-lah yang memberikannya ketenangan.
Dari
sekian banyak lelaki gagah dan perkasa, ternyata seorang perempuanlah
yang bisa menguatkan hati Rasulullah saw. Tentu saja, perempuan ini
bukan sembarang perempuan. Beliau adalah Khadijah ra istri pertama
Rasulullah saw. Hingga akhir hayatnya, beliau selalu setia mendukung
dakwah suaminya dengan segenap kemampuannya. Di saat-saat genting,
ketika suaminya bahkan tidak percaya pada dirinya sendiri, Khadijah ra
justru hanya mengingat kebaikan dalam diri Rasulullah saw. Pada saat
itu, pernikahan mereka sudah berjalan selama lima belas tahun. Mengapa
yang diingatnya pada saat itu hanyalah kebaikan diri suaminya? Ini
adalah gambaran karakter seorang perempuan penghuni surga.Khadijah ra adalah orang pertama yang menyatakan beriman kepada
kerasulan Nabi Muhammad saw. Beliau adalah seorang perempuan saudagar
terpandang di mata kaumnya, dan selalu setia membela Islam dengan
kedudukan, harta, bahkan jiwanya, jika perlu.
Setelah Khadijah ra wafat pun
Rasulullah saw senantiasa menghormatinya. Jika Rasulullah saw
menyembelih kambing atau semacamnya, beliau biasa membagi-bagikannya
kepada teman-teman Khadijah ra yang masih hidup. Kenangan tentang
Khadijah ra tidak pernah mati dalam ingatan Rasulullah saw. Rasulullah
saw pernah menjawab perkataan ‘Aisyah ketika dibakar cemburu terhadap
Khadijah, “Demi Allah, Dia belum memberikan ganti untukku dengan yang
lebih baik darinya. Ia beriman di kala semua orang mengingkari
kenabianku. Ia membenarkan kenabianku di kala semua orang mendustakan
diriku. Ia menyantuni diriku dengan hartanya di kala semua orang tidak
mau menolongku. Melalui dia Allah menganugerahi anak kepadaku, tidak
dari isteri yang lain.”
Semoga Allah merahmati Khadijah ra sebagai
pendukung utama dalam dakwah Rasulullah saw. Sungguh, umat Rasulullah
saw tidak pernah melupakan Khadijah ra dalam lembaran-lembaran
sejarah. Setiap muslim merasakan kehangatannya, jauh setelah masa
hidupnya, dan setiap muslimah mendapat pelajaran berharga darinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar