As-Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al-Husaini ketika mengajarkan Kitab
Aqidatul Awwam karya As-Syaikh As-Sayyid Ahmad Al-Marzuki Al-Hasani,
Beliau As-Sayyid Bahruddin meriwayatkan dari Gurunya yaitu Hadratus
Syaikh KH.Kholil Bangkalan Azmatkhan, beliau mengatakan: “Wali Songo
menganut aqidah Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah”
Prinsip-prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Wali Songo tersebut teringkas dalam Prinsip-Prinsp Aqidah sebagai berikut:
Prinsip-prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Wali Songo tersebut teringkas dalam Prinsip-Prinsp Aqidah sebagai berikut:
Prinsip Pertama
Beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruk.
Beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruk.
1. Iman kepada Allah
Beriman kepada Allah artinya berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beriti’qad dan beramal dengannya yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluuhiyyah dan tauhid al-asmaa wa -ash-shifaat. Adapun tauhid rububiyyah adalah menatauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan ; dan bahwasanya Dia itu adalah Raja dan Penguasa segala sesuatu.
Tauhid uluuhiyyah artinya mengesakan Allah melalui segala pekerjaan hamba yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah apabila memang hal itu disyari’atkan oleh-Nya seperti berdo’a, takut, rojaa’ (harap), cinta, dzabh (penyembelihan), nadzr (janji), isti’aanah (minta pertolongan), al-istighotsah (minta bantuan), al-isti’adzah (meminta perlindungan), shalat, shaum, haji, berinfaq di jalan Allah dan segala apa saja yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali maupun yang lainnya.
Sedangkan makna tauhid al-asma wash-shifaat adalah menetapkan apa-apa yang Allah dan Rasuln-Nya telah tetapkan atas diri-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah dan mensucikan-Nya dari segala ‘aib dan kekurangan sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Semua ini kita yakini tanpa melakukan tamtstil (perumpamaan), tanpa tasybiih (penyerupaan), tahrif (penyelewengan), ta’thil (penafian), dan tanpa takwil ; seperti difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Tak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Asy-Syuro : 11)
Dan firman Allah pula.
“Artinya : Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik, maka berdo’alah kamu dengannya”. (Al-A’raf : 180).
Beriman kepada Allah artinya berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beriti’qad dan beramal dengannya yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluuhiyyah dan tauhid al-asmaa wa -ash-shifaat. Adapun tauhid rububiyyah adalah menatauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan ; dan bahwasanya Dia itu adalah Raja dan Penguasa segala sesuatu.
Tauhid uluuhiyyah artinya mengesakan Allah melalui segala pekerjaan hamba yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah apabila memang hal itu disyari’atkan oleh-Nya seperti berdo’a, takut, rojaa’ (harap), cinta, dzabh (penyembelihan), nadzr (janji), isti’aanah (minta pertolongan), al-istighotsah (minta bantuan), al-isti’adzah (meminta perlindungan), shalat, shaum, haji, berinfaq di jalan Allah dan segala apa saja yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali maupun yang lainnya.
Sedangkan makna tauhid al-asma wash-shifaat adalah menetapkan apa-apa yang Allah dan Rasuln-Nya telah tetapkan atas diri-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah dan mensucikan-Nya dari segala ‘aib dan kekurangan sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Semua ini kita yakini tanpa melakukan tamtstil (perumpamaan), tanpa tasybiih (penyerupaan), tahrif (penyelewengan), ta’thil (penafian), dan tanpa takwil ; seperti difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Tak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Asy-Syuro : 11)
Dan firman Allah pula.
“Artinya : Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik, maka berdo’alah kamu dengannya”. (Al-A’raf : 180).
2. Beriman kepada Para Malaikat-Nya
Yakni membenarkan adanya para malaikat dan bahwasanya mereka itu
adalah mahluk dari sekian banyak mahluk Allah, diciptakan dari cahaya
(NUR). Allah mencitakan malaikat dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya
dan menjalankan perintah-perintah-Nya di dunia ini, sebagaimana
difirmankan Allah.
“Artinya : ….Bahkan malaikat-malaikat itu adalah mahluk yang dumuliakan, mereka tidak mendahulu-Nya dalam perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya”. (Al-Anbiyaa : 26-27).
“Artinya : Allahlah yang menjadikan para malaikat sebagai utusan yang memiliki sayap dua, tiga dan empat ; Allah menambah para mahluk-Nya apa-apa yang Dia kehendaki”. (Faathir : 1)
“Artinya : ….Bahkan malaikat-malaikat itu adalah mahluk yang dumuliakan, mereka tidak mendahulu-Nya dalam perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya”. (Al-Anbiyaa : 26-27).
“Artinya : Allahlah yang menjadikan para malaikat sebagai utusan yang memiliki sayap dua, tiga dan empat ; Allah menambah para mahluk-Nya apa-apa yang Dia kehendaki”. (Faathir : 1)
3. Iman kepada Kitab-kitab-Nya
Yakni membenarkan adanya Kitab-kitab Allah beserta segala
kandungannya baik yang berupa hidayah (petunjuk) dan cahaya serta
mengimani bahwasanya yang menurunkan kitab-kitab itu adalah Allah
sebagai petunjuk bagi seluruh manusia. Dan bahwasanya yang paling agung
diantara sekian banyak kitab-kitab itu adalah tiga kitab yaitu Taurat,
Injil dan Al-Qur’an dan di antara ketiga kitab agung tersebut ada yang
teragung yakni Al-Qur’an yang merupakan mu’jizat yang agung. Allah
berfirman.
“Artinya : Katakanlah (Hai Muhammad) : ‘sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walaupun sesama mereka saling bahu membahu”. (Al-isra : 88)
“Artinya : Dan jika ada seorang dari kaum musyrikin meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar KALAM ALLAH (Al-Qur’an)”. (At-Taubah : 6)
“Artinya : Mereka itu ingin merubah KALAM Allah”. (Al-Fath : 15)
“Artinya : Katakanlah (Hai Muhammad) : ‘sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walaupun sesama mereka saling bahu membahu”. (Al-isra : 88)
“Artinya : Dan jika ada seorang dari kaum musyrikin meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar KALAM ALLAH (Al-Qur’an)”. (At-Taubah : 6)
“Artinya : Mereka itu ingin merubah KALAM Allah”. (Al-Fath : 15)
4. Iman Kepada Para Rasul
Yakni membenarkan semua rasul-rasul baik yang Allah sebutkan nama
mereka maupun yang tidak ; dari yang pertama sampai yang terkahir, dan
penutup para nabi tersebut adalah nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Artinya pula, beriman kepada para rasul seluruhnya dan
beriman kepada Nabi kita secara terperinci serta mengimani bahwasanya
beliau adalah penutup para nabi dan rasul dan tidak ada nabi sesudahnya ;
maka barangsiapa yang keimanannya kepada para rasul tidak demikian
berarti dia telah kafir. Termasuk pula beriman kepada para rasul adalah
tidak melalaikan dan tidak berlebih-lebihan terhadap hak mereka dan
harus berbeda dengan kaum Yahudi dan Nashara yang berlebih-lebihan
terhadap para rasul mereka sehingga mereka menjadikan dan memperlakukan
para rasul itu seperti memperlakukan terhadap Tuhanya (Allah)
sebagaimana yang difirmankan Allah.
“Artinya : Dan orang-orang Yahudi berkata : ‘Uzair itu anak Allah ; dan orang-orang Nasharani berkata :’Isa Al-Masih itu anak Allah…”.( At-Taubah : 30)
“Artinya : Dan orang-orang Yahudi berkata : ‘Uzair itu anak Allah ; dan orang-orang Nasharani berkata :’Isa Al-Masih itu anak Allah…”.( At-Taubah : 30)
5. Iman Kepada Hari AkhiratYakni
membenarkan apa-apa yang akan terjadi setelah kematian dari hal-hal
yang telah diberitakan Allah dan Rasul-Nya baik tentang adzab dan ni’mat
kubur, hari kebangkitan dari kubur, hari berkumpulnya manusia di padang
mahsyar, hari perhitungan dan ditimbangnya segala amal perbuatn dan
pemberian buku laporan amal dengan tangan kanan atau kiri, tentang
jembatan (sirat), serta syurga dan neraka. Disamping itu keimanan untuk
bersiap sedia dengan amalan-amalan sholeh dan meninggalkan amalan
sayyi-aat (jahat) serta bertaubat dari padanya.
6. Iman kepada taqdir.Yakni
beriman bahwasanya Allah itu mengetahui apa-apa yang telah terjadi dan
apa-apa yang akan terjadi; menentukan dan menulisnya dalam lauhul
mahfudz ; dan bahwasanya segala sesuatu yang terjadi, baik maupun buruk,
kafir, iman, ta’at, ma’syiat, itu telah dikehendaki, ditentukan dan
diciptakan-Nya ; dan bahwasanya Allah itu mencintai keta’atan dan
membenci kemasyiatan.
Allah berfirman: “Dan kamu tidak bisa berkemauan seperti itu kecuali apabila Allah menghendakinya”. (At-Takwir : 29)
Allah berfirman: “Dan kamu tidak bisa berkemauan seperti itu kecuali apabila Allah menghendakinya”. (At-Takwir : 29)
Prinsip Kedua
Dan di antara prinsip-prinsip Aqidah Wali Songo adalah: bahwasanya
iman itu perkataan, perbuatan dan keyakinan yang bisa bertambah dengan
keta’atan dan berkurang dengan kema’syiatan,
“Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang apabila ia disebut nama Allah tergetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah imannya dan kepada Allahlah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, dan yang menafkahkan apa-apa yang telah dikaruniakan kepada mereka. Merekalah orang-orang mu’min yang sebenarnya …” (Al-Anfaal : 2-4).
“Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang apabila ia disebut nama Allah tergetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah imannya dan kepada Allahlah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, dan yang menafkahkan apa-apa yang telah dikaruniakan kepada mereka. Merekalah orang-orang mu’min yang sebenarnya …” (Al-Anfaal : 2-4).
Prinsip Ketiga
Dan di antara prinsip-prinsip Aqidah Wali Songo adalah bahwasanya
mereka tidak mengkafirkan seorangpun dari kaum muslimin kecuali apabila
dia melakukan perbuatan yang membatalkan keislamannya.
Prinsip Keempat
Dan di antara prinsip-prinsip Aqidah Wali Songo adalah wajibnya ta’at
kepada pemimpin kaum muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk
berbuat kema’skshiyatan,
Prinsip Kelima
Dan di antara prinsip-prinsip Aqidah Wali Songo adalah haramnya
keluar untuk memberontak terhadap pemimpin kaum muslimin apabila mereka
melakukan hal-hal yang menyimpang, selama hal tersebut tidak termasuk
amalan kufur. Hal ini sesuai dengan perintah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang wajibnya ta’at kepada mereka dalam hal-hal
yang bukan ma’shiyat dan selama belum tampak pada mereka kekafiran yang
jelas.
Prinsip Keenam
Dan di antara prinsip-prinsip Aqidah Wali Songo adalah bersihnya hati
dan mulut mereka terhadap para sahabat Rasul Radhiyallahu ‘anhum
sebagaimana hal ini telah digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
ketika mengkisahkan Muhajirin dan Anshar dan pujian-pujian terhadap
mereka.
“Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka mengatakan : Ya Allah, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam iman dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kebencian kepada orang-orang yang beriman : Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Al-Hasyr : 10).
Dan sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Janganlah kamu sekali-kali mencela sahabat-sahabatku, maka demi dzat yang jiwaku ditangan-Nya, kalau seandainya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya tidak akan mencapai segenggam kebaikan salah seorang diantara mereka tidak juga setengahnya”. (Dikeluarkan oleh Bukhary 3/3673, dan Muslim 6/ Juz 16 hal 92-93 atas Syarah Nawawy).
“Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka mengatakan : Ya Allah, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam iman dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kebencian kepada orang-orang yang beriman : Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Al-Hasyr : 10).
Dan sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Janganlah kamu sekali-kali mencela sahabat-sahabatku, maka demi dzat yang jiwaku ditangan-Nya, kalau seandainya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya tidak akan mencapai segenggam kebaikan salah seorang diantara mereka tidak juga setengahnya”. (Dikeluarkan oleh Bukhary 3/3673, dan Muslim 6/ Juz 16 hal 92-93 atas Syarah Nawawy).
Prinsip Ketujuh
Dan di antara prinsip-prinsip Aqidah Wali Songo adalah mencintai
ahlul bait dan Dzurriyyah Rasulullah sesuai dengan wasiat Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya.
“Artinya : Sesunnguhnya aku mengingatkan kalian dengan ahli baitku”. ( Dikeluarkan Muslim 5 Juz 15, hal 180 Nawawy, Ahmad 4/366-367 dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab As-Sunnah No. 629).
“Artinya : Sesunnguhnya aku mengingatkan kalian dengan ahli baitku”. ( Dikeluarkan Muslim 5 Juz 15, hal 180 Nawawy, Ahmad 4/366-367 dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab As-Sunnah No. 629).
Prinsip Kedelapan
Dan di antara prinsip-prinsip Aqidah Wali Songo adalah membenarkan
adanya karomah para wali yaitu apa-apa yang Allah perlihatkan melalui
tangan-tangan sebagian mereka, berupa hal-hal yang luar biasa sebagai
penghormatan kepada mereka sebagaimana hal tersebut telah ditunjukkan
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Prinsip Kesembilan
Dan di antara prinsip-prinsip Aqidah Wali Songo adalah bahwa dalam
berdalil selalu mengikuti apa-apa yang datang dari Kitab Allah dan atau
Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam baik secara lahir maupun
bathin dan mengikuti apa-apa yang dijalankan oleh para sahabat dari
kaum Muhajirin maupun Anshar pada umumnya dan khususnya mengikuti
Al-Khulafaur-rasyidin sebagaimana wasiat Rasulullah dalam sabdanya.
“Artinya : Berepegang teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah khulafaur-rasyid-iin yang mendapat petunjuk”. (Telah terdahulu takhrijnya).
“Artinya : Berepegang teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah khulafaur-rasyid-iin yang mendapat petunjuk”. (Telah terdahulu takhrijnya).
Aqidah Wali Songo tidak meyakini adanya kema’shuman seseorang selain
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka tidak berta’ashub
pada suatu pendapat sampai pendapat tersebut bersesuaian dengan Al-Kitab
dan As-Sunnah. Mereka meyakini bahwa mujtahid itu bisa salah dan benar
dalam ijtihadnya. Mereka tidak boleh berijtihad sembarangan kecuali
siapa yang telah memenuhi persyaratan tertentu menurut ahlul ‘ilmi.
Sumber Data/ Referensi:
Kitab berbahasa Arab yang berjudul: ‘Aqidatu Auliyaa’i Tis’ah Min
‘Aqidati Ahlissunnah Wal jama’ah. yang diterjemahkan ke Bahasa indonesia
menjadi Aqidah Wali Songo Ahlussunnah Wal jama’ah karya: As-Sayyid
Bahruddin Azmatkhan Ba’alawi al-Husaini, yang ditulis pada tahun 1960.
[Arsip Keluarga]
Oleh: Asy-Syaikh As-Sayyid KH.Shohibul Faroji Azmatkhan Ba’alawi Al-Husaini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar